Jalan Yogya-Magelang seperti Kota Mati


YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Akibat letusan Merapi dan derasnya hujan abu, perekonomian masyarakat tampak lumpuh di antara Jalan Raya Magelang antara Jembatan Krasak sampai Srumbung. Berdasar pantauan Minggu (7/11/2010), tak ada kegiatan ekonomi tampak di jalur tersebut.
Lalu-lintas dari arah Yogyakarta atau Magelang, bisa disebut cukup lancar. Tak tampak ada kemacetan berarti, meski hanya setengah lajur yang bisa dipakai dengan baik. Lajur yang setengah lagi sulit digunakan karena diselimuti debu Merapi yang mulai mengeras. Butuh kewaspadaan ekstra bagi pengendara, terutama sepeda motor, untuk melintasi jalur tersebut, karena selain bergelombang, juga licin. Ketebalan debu mencapai satu sentimeter sampai sepuluh sentimeter. Di wilayah Srumbung, ketebalan lebih dari itu.
Meski masih ada kendaraan yang melintasi jalanan, namun sebagian besar rumah makan, toko barang kesenian, bengkel, atau warung-warung kecil tutup. Di sepanjang rute tersebut hanya ada satu bengkel tambal ban dan warung bakso yang buka. Di titik-titik tertentu, banyak masyarakat berkumpul. Namun, mereka tidak melakukan kegiatan ekonomi, melainkan membantu mengatur lalu-lintas, menyemprotkan air ke jalan atau kendaraan yang melintas, atau mencangkuli debu vulkanik di jalanan.
Di Jembatan Sungai Putih, banyak kendaraan berhenti, melihat arus sungai yang keruh akibat bercampur lahar dingin dari Merapi. Secara keseluruhan, suasana antara Yogyakarta dan Magelang tampak suram. Pohon-pohon berselimutkan debu putih, ranting-ranting patah, pelepah pohon kelapa dan salak terkulai, tak kuat menanggung beban debu yang mengeras dan semakin berat akibat hujan.
"Kalau malam lebih buruk lagi. Lampu mati dan tak banyak kendaraan melintas," kata warga Srumbung, Suratijo (40)."Dari Kamis kemarin, sebagian besar warga sudah mengungsi. Tidak tahu sampai kapan. Sekarang, kami tidak pusing. Bantuan cukup. Tapi setelah ini bagaimana?" tambahnya.

Comments

Popular Posts