GROBOGAN, KAYA OBYEK MISKIN WISATAWAN
JANGAN tanya soal obyek wisata di Grobogan. Karena kota kabupaten di Jawa Tengah ini, memang kaya dengan obyek. tervata ada sembilan destinasi yang cukup potensi untuk dikunjungi. Sayang meski kaya obyek, namun jumlah kunjungan wisatawan masih sangat miskin. Yang lebih miskin lagi, hingga kini belum ada investor yang mau menanamkan modalnya di wilayah ini.
”Kami menyadari dengan banyaknya wisatawan nusantara (wisnus) maupun mancanegara (wisman) yang datang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD), mengurangi pengangguran dan nama Grobogan akan diperhitungkan di tingkat nasional,” ungkap Sastro Wibowo, tokoh masyarakat Grobogan.
Saat ini Pemda Grobogan terus aktif menjual obyek wisatanya dengan melakukan promosi secara gencar melalui publikasi di media, ikut pameran wisata, juga membuat profil obyek wisata melalui video visual dalam bentuk VCD dan DVD. Selain itu, daya tarik wisata Grobogan ditawarkan kepada investor nasional, untung-untung jika investor asing sehingga bisa untuk menggairahkan pertumbuhan ekonomi di daerah. ”Terus terang saat ini ada hotel namun belum ada hotel berbintang yang memadai, juga belum ada restorant skala nasional,” tandasnya.
Sembilan objek wisata di Grobogan yang potensial antara lain Bledug Kuwu, Waduk Kedung Ombo, Goa Macan dan Goa Lawa, air terjun Widuri, Api Abadi Mrapen, Makam Ki Ageng Selo, Ki Ageng Joko Tarub, dan Ki Ageng Lembu Peteng. Kawasan objek wisata Bledug Kuwu di Kradenan seluas 6 hektare ini memiliki keunikan, karena letupan lumpur setinggi delapan meter dan mengandung air garam bisa bermanfaat untuk bahan pembuatan garam dengan kualitas yang baik.
Bahkan, konon ceritanya adanya Bledug Kuwu disebabkan lobang yang menghubungkan tempat Bledug Kuwu dengan Samudra Selatan, karena zaman dahulu Joko Linglung anak dari Aji Soko yang berujud ular naga melakukan perjalanan dari Laut Selatan menuju kerajaan Modang Kamolan melalui bawah tanah, sehingga muncul lumpur di Kerajaan Modang Kamolan tersebut.
Objek wisata itu cukup menarik apabila dikelola profesional. Untuk itu, ia berharap ada investor yang tertarik menanamkan modalnya mengelola objek wisata di Grobogan, kendati saat ini pendapatan sektor pariwisata masih minim,
Ia menyebutkan, pendapatan sektor pariwisata tahun 2004 hanya mampu menghasilkan Rp50 juta, tahun 2005 meningkat menjadi Rp63 juta dan tahun 2006 menghimpun masukan Rp65 juta. Padahal, setiap tahun melalui APBD Kabupaten Grobogan dianggarkan dana sekitar Rp100 juta untuk merawat objek wisata. Tertarik Investasi? (endy)
”Kami menyadari dengan banyaknya wisatawan nusantara (wisnus) maupun mancanegara (wisman) yang datang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD), mengurangi pengangguran dan nama Grobogan akan diperhitungkan di tingkat nasional,” ungkap Sastro Wibowo, tokoh masyarakat Grobogan.
Saat ini Pemda Grobogan terus aktif menjual obyek wisatanya dengan melakukan promosi secara gencar melalui publikasi di media, ikut pameran wisata, juga membuat profil obyek wisata melalui video visual dalam bentuk VCD dan DVD. Selain itu, daya tarik wisata Grobogan ditawarkan kepada investor nasional, untung-untung jika investor asing sehingga bisa untuk menggairahkan pertumbuhan ekonomi di daerah. ”Terus terang saat ini ada hotel namun belum ada hotel berbintang yang memadai, juga belum ada restorant skala nasional,” tandasnya.
Sembilan objek wisata di Grobogan yang potensial antara lain Bledug Kuwu, Waduk Kedung Ombo, Goa Macan dan Goa Lawa, air terjun Widuri, Api Abadi Mrapen, Makam Ki Ageng Selo, Ki Ageng Joko Tarub, dan Ki Ageng Lembu Peteng. Kawasan objek wisata Bledug Kuwu di Kradenan seluas 6 hektare ini memiliki keunikan, karena letupan lumpur setinggi delapan meter dan mengandung air garam bisa bermanfaat untuk bahan pembuatan garam dengan kualitas yang baik.
Bahkan, konon ceritanya adanya Bledug Kuwu disebabkan lobang yang menghubungkan tempat Bledug Kuwu dengan Samudra Selatan, karena zaman dahulu Joko Linglung anak dari Aji Soko yang berujud ular naga melakukan perjalanan dari Laut Selatan menuju kerajaan Modang Kamolan melalui bawah tanah, sehingga muncul lumpur di Kerajaan Modang Kamolan tersebut.
Objek wisata itu cukup menarik apabila dikelola profesional. Untuk itu, ia berharap ada investor yang tertarik menanamkan modalnya mengelola objek wisata di Grobogan, kendati saat ini pendapatan sektor pariwisata masih minim,
Ia menyebutkan, pendapatan sektor pariwisata tahun 2004 hanya mampu menghasilkan Rp50 juta, tahun 2005 meningkat menjadi Rp63 juta dan tahun 2006 menghimpun masukan Rp65 juta. Padahal, setiap tahun melalui APBD Kabupaten Grobogan dianggarkan dana sekitar Rp100 juta untuk merawat objek wisata. Tertarik Investasi? (endy)
Comments
Post a Comment